(BERITA ISLAMI TERKINI) - Kemarin, 26 September 2016, adalah
hari ke-3 keikut sertaan kami, relawan siaga bencana FPI Bekasi Raya
terjun langsung ke lokasi bencana banjir Garut.
Kami mau memaparkan sebuah kejadian menarik di lokasi tempat kami
menjalankan aktifitas sebagai tim relawan, dan kronologisnya sebagai
berikut:
Salah satu personil kami didatangi oleh wartawan yang sebelumnya kami
tidak tahu dari media mana? Personil kami diminta wawancara oleh
wartawan tersebut dan di ambil foto.
Personil langsung melaporkan ke saya selaku penanggung jawab dari Bekasi
bahwa ada wartawan yang ingin mewawancara di tempat terpisah.
Mendapat laporan tersebut saya langsung menindak lanjuti dan menemui
wartawan yang dimaksud. Tanpa basa basi dia langsung saya tanya,
"Saudara dari media mana? Maaf boleh saya liat kartu identitas pers
saudara?"
Awalnya dia mengaku dari media online. Namun saya gak langsung percaya
dan saya minta agar tunjukan identitas pers kalo mau wawancara.
Akhirnya dia menunjukkan kartu identitas berupa KTP dan Kartu Pers.
Dengan begitu saya jadi tau bahwa yang sebenrnya setelah mengetahui
identitas wartawan tersebut ternyata dari TEMPO.
Selanjutnya, saya langsung menanyakan tujuannya apa mau meliput kami di
lokasi ini? Dia jawab untuk dipublikasikan dan dimuat berita harian.
Lalu dia meminta saya untuk bersedia di ambil foto dan di wawancara,
namun di tempat yang jauh dari rekan-rekan relawan FPI bekerja.
Permintaan tersebut spontan saya tolak.
"Maaf pak kalo bapak mau meliput dan mau wawancara saya silahkan, tapi di lokasi tmpat saya beraktifitas bersama relawan kami."
Mendengar jawaban tersebut, wartawan TEMPO itu dia terlihat sangat panik.
"Saya cuma mau ambil untuk backround pak, gak perlu banyak-banyak."
Lagi-lagi, permintaan tersebut saya tolak."
"Eh pak...Bapak tahu FPI itu apa? Kami ini kerap kali dimusuhi media
sekuler, kalau bapak ada niat baik untuk meliput silahkan liput
kawan-kawan kami noh di sono lagi pada ngangkutin jutaan kubik lumpur
yang menutupi jalan-jalan dan menimbun jalur fasilitas umum. Kenapa
bapak meminta saya foto sendiri? Sebenarnya apa tujuan bapak datang
kesini??"
Mungkin karena mendengar jawaban saya itu, akhirnya tanpa banyak basa
basi lagi, wartawan tersebut meminta maaf karena telah mengganggu
kegiatan dan langsung pamit pergi beserta rombongannya.
Dengan kejadian ini kita bisa mengambil pelajaran agar dapat lebih peka
lagi terhadap wartawan-wartawan media sekuler yang belakangan ini mau
mengambil celah kejelekan kita sebagai tim relawan.
Apa tujuan dia minta foto dan mewawancara sendirian dan di lokasi yang
jauh dari relawan kalau mau liput kenapa gak diliput ketika kami sedang
melakukan kegiatan bersama sama sebagaimana yang di lakukan sebagai
relawan.
Disinilah saya mengambil kesimpulan bahwa wartawan tersebut hanya ingin
menjebak relawan FPI yg sedang berkerja keras mengangkat lumpur yang
menutupi jalan dan sisa-sisa puing bangunan.
Heru
Koordinator Relawan Bencana FPI Bekasi
[fb]
No comments:
Post a Comment