(BERITA ISLAMI TERKINI) - Berita terkait polemik Doa penutup pada saat sidang Paripurna
pembacaan Nota Keuangan yang disampaikan oleh politisi Gerindra Muhammad
Syafii menjadi topik sensitif yang kini hangat diperbincangkan.
Berikut isi dari doa penutup pada sidang paripurna pembacaan nota keuangan Presiden Jokowi:
“Seperti mata pisau yang hanya tajam ke bawah, tapi tumbuh ke
atas sehingga mengusik rasa keadilan bangsa ini. Wahai Allah, memang
semua penjara overcapacity tapi kami tidak melihat ada upaya untuk
mengurangi kejahatan karena kejahatan seperti diorganisir ya Allah.
Kami tahu pesan dari sahabat Nabi Nuh bahwa kejahatan-kejahatan
ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena orang-orang
baik belum bersatu atau belum mempunyai kesempatan di negeri ini untuk
membuat kebijakan-kebijakan yang baik yang bisa menekan
kejahatan-kejahatan itu.
Biarlah kehidupan ekonomi kami, Bung Karno sangat khawatir bangsa
kami akan menjadi kuli di negeri kami sendiri. Tapi hari ini,
sepertinya kami kehilangan kekuatan untuk menyetop itu bisa terjadi.
Lihatlah Allah. Bumi kami yang kaya dikelola oleh bangsa lain dan
kulinya adalah bangsa kami. ya rabbal alamin.
Kehidupan sosial budaya, seperti kami kehilangan jati diri bangsa
ini, yang ramah, yang santun, yang saling percaya. kami juga belum tahu
bagaimana kekuatan pertahanan dan keamanan bangsa ini kalau suatu
ketika bangsa lain menyerang bangsa kami. Ya rahman ya rahim tapi kami
masih percaya kepadaMu, bahwa kami masih menadahkan tangan kepadamu
artinya engkau adalah Tuhan kami, Engkau adalah Allah YME.
Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan
janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, dan kekuasaan yang bukan
untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi
kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat.
Di mana-mana rakyat digusur tanpa tahu ke mana mereka harus
pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan Allah di negara ini
rakyat ini outsourcing, tidak ada jaminan kehidupan mereka. Aparat
seakan begitu antusias untuk menakuti rakyat.
Hari ini di Kota Medan di Sumut, 5000 kepala keluarga sengsara
dengan perlakuan aparat negara. Allah lindungilah rakyat ini, mereka
banyak tidak tahu apa-apa. Mereka percayakan kendali negara dan
pemerintahan. Allah kalau ada mereka yang ingin bertaubat, terimalah
taubat mereka ya Allah. tapi kalau mereka tidak brtaubat dengan
kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik
di negara ini Ya Allah..
Setelah acara tersebut, pembacaan doa menjadi polemik karena dianggap menyindir Presiden Jokowi dan Gubernur Ahok.
Semua pihak yang memang mendukung kebijakan pemerintahan Jokowi yang
tidak pro rakyat, menganggap Doa yang dibacakan adalah sebuah tindakan
yang kurang pantas dan kurang etis, karena dibacakan pada waktu semua
mata nasional melihatnya.
BACA JUGA : Doa MENGGEMPARKAN Usai Pidato Presiden Jokowi: "Ya Allah, Jauhkan kami dari pemimpin khianat"
Sementara bagi pihak yang mengkritik pemerintahan Jokowi, pembacaan doa ini seolah memberikan pencerahan mengenai kondisi bangsa dan negara saat ini, agar semua pihak paham dan tidak saling tutup menutupi
persoalan bangsa yang ada dan sedang dihadapi saat ini.
Diluar pantas atau tidak pantas, pembacaan doa tersebut bagi pihak
yang tidak ‘merasa’ tersindirkan seharusnya bersikap tidak berlebihan
kecuali memang ada pihak yang ‘merasa’ disindirkan sesuai isi doa
tersebut, mungkin pantas kini seolah bersikap kebakaran jenggot. @aditnamasaya
(BERITA ISLAMI TERKINI)
No comments:
Post a Comment